Sabtu, 28 Juli 2012

Taman Nasional Wasur

 Siapa bilang melihat kanguru harus ke Australia? Di Taman Nasional Wasur, Papua, Anda dapat melihat hewan berkantung tersebut dari dekat. Tidak hanya itu, di sana juga ada rumah rayap raksasa, hingga aneka satwa yang cantik.

Taman Nasional Wasur terletak di Merauke, Papua. Dari Merauke, perjalanan menghabiskan waktu satu jam untuk tiba di taman nasional ini. Salah satu satwa yang terkenal dan selalu dilihat oleh para traveler di taman nasional ini adalah kangguru. Satwa yang lucu dan identik dengan Australia ini, dapat Anda jumpai langsung di Taman Nasional Wasur.

Dari situs resmi Departemen Kehutanan yang dikunjungi detikTravel, Senin (21/5/2012), Taman Nasional Wasur memiliki luas sekitar 4.260 km2. Taman nasional ini merupakan lahan basah terluas di Papua. Di sana terdapat rawa, sungai, danau, hingga savana. Oleh karena itu, Taman Nasional Wasur menjadi rumah yang harmonis bagi para satwa di dalamnya.

Beberapa jenis satwa khas yang dapat Anda jumpai di sana adalah kanguru, burung cendrawasih, walabi (kangguru kecil), kasuari, aneka jenis ikan dan buaya. Hal menarik lainnya di taman nasional ini adalah rumah rayap yang berukuran raksasa.

Hewan khas dan unik di taman nasional tersebut adalah kanguru, dengan nama resminya adalah kanguru pohon (Dendrolagus spadix). Sekilas kanguru Papua ini tidak jauh berbeda dari kanguru Australia, perbedannya terletak pada ukuran tubuh. Kanguru Papua memiliki badan yang lebih kecil dari kanguru Australia. Akan tetapi, hewan tersebut memiliki tingkah laku yang sama, yaitu loncat-loncat.

Anda juga bisa melihat rumah rayap dari dekat. Gundukan tanah tersebut menjulang tinggi dan sangat unik. Dengan tinggi 4-5 meter, bahan sarangnya terbuat dari rumput dan lumpur yang disusun oleh rayap. Orang Papua menyebutnya sebagai musamua, yaitu istana. Di Indonesia, rumah rayap ini hanya dapat Anda temukan di Taman Nasional Wasur.

Beberapa jenis satwa seperti rusa dan burung cendrawasih juga dapat Anda temukan di sini. Selain itu, di taman nasional ini juga ditumbuhi banyak jenis pohon bakau (mangrove), bambu dan sagu, yang sering dimanfaatkan masyarakat sekitar.

Senin, 23 Juli 2012

02.00 WIT

      Pukul 02.00 WIT, mungkin cuma aku yg masih terjaga. Lagi-lagi aku tertidur waktu maghrib lalu terbangun pukul 10 malam. Seperti biasanya akupun telfon km yg disana dr sekedar menanyakan kabar sampai ngobrol ngalor ngidul ndk jelas. Seperti biasanya jg aku yg berinisiatif dulu untuk nutup telfon (kututup telfon dgn dalih : udah ngantuk beb besok lg ya), dan sepertinya km sudah tau itu hehehe. Dan seperti biasanya jg ku habiskan malam2 galau ini dgn online (ngaji kek malah online).

     02.25 WIT masih blm mapan, sambil sesekali nyruput kopi yg di samping layar komputer ku hisap surya promild ku. Sepi disini yang ada cuma suara binatang malam, kipas CPU, dengkur pak Budi(Temen sekantor_red), dan sisanya suara2 aneh nan misterius (ampun mbah ampun di nggangu), benar-benar malam ini malam yg syahdu bagiku, ditambah td sore aku lupa mandi. Benar-benar aku merasa sangat artistik malam ini.

     Sungguh tdk terasa sudah masuk paragraf ke 3, 2 paragraf di atas sungguh sangat menguras otakku, benar-benar menulis adalah sesuatu yg sangat sulit ya. Sambil sesekali aku mengintip  web milik gus candra malik (candramalik.com ada saya copas artikelnya di postingan sebelumnya). Memang saya sering copas beberapa tulisan dari tokoh yang saya kagumi etc Prie gs, Wiji tukul, yg terakhir seorang yg mengaku sufi Candra malik. Nama-nama tersebut bisa di bilang bukan orang sembarangan, mereka ini ada pada tingkatan yg nyaris jenius.

     Sambil merenungi tulisan-tulisan beliau, sambil kurenungi hidupku ini yg kian hari dangkal saja semakin tdk bernilai aku ini seperti bukan apa-apa. Hidup yang dangkal, hidup yang tidak hidup, cuma makan dan bernapas, seperti bunga plastik cantik tp tidak ada kemesraan di dalamnya. Kalau cuma hidup babi juga hidup, kalau cuma makan ayam juga makan.

     Perlahan-lahan kusadari kedangkalan ini harus di gali,lebih dalam lagi, Hidup ini harus bermakna, diri ini terus mencari jatidiri. semoga yang di atas melindungiku dari godaan setan yang sangat menggoda itu. (Merauke 24 Juli 2012)
  








Minggu, 22 Juli 2012

Bagimu Agamamu

Hari-hari ini, kita sedang kehilangan esensi dari ayat lakum dinukum waliyadin, bagimu agamamu, bagiku agamaku, Q.S. 109:6. Alangkah baiknya. Jika kita belajar dari kearifan lokal yang mengajarkan bahwa agama puniku ageman, agama itu pakaian.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Cocok padaku, belum tentu pas untukmu.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Menutup aurat pada tubuh. Merahasiakan aib. Menyempurnakan diri.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Tidak tepat jika aku memakai ukuran tubuhmu untuk ukuran bajuku.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Ia bisa compang-camping karena ditinggalkan atau tidak dirawat pemakainya.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Ia menunjukkan jatidiri pemakainya. Buruk atau baik, bergantung pada keduanya.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Pada manusia, bagian terdalamnya adalah Jiwa Raga. Pakaian adalah bagian luarnya.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Bila seseorang halus budi dan baik pekertinya, ia lebih bernilai dari pakaiannya.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Busana Keagungan. Hanya mata yang bijak dan hati yang lembut yang bisa melihat keindahannya.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Saya mengenakannya untuk menghadap Tuhan secara sopan dan berjumpa sesama secara santun.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Itu yang saya pahami dari tembang Lir-Ilir karya Kanjeng Sunan Kalijaga, bahwa pakaian itu "kanggo seba mengko sore" atau dibawa sampai mati.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Demikianlah Islam. Iman adalah jiwa raganya, Islam pakaiannya, Ihsan perilakunya, Ikhlas adalah buah dari kebaikannya.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Agamaku adalah Islam. Pakaianku adalah Islam. Aku hargai pilihanmu. Pakaianmu. Agamamu.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Manusia dimuliakan dengan akal, disucikan dengan hati, diridhoi dengan agama. Dan, bagi Muslim, sebagaimana Q.S. 5: 3, Allah mengatakan, "Wa radhitu lakumul Islamadina."

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. "Alyauma akmaltu lakum dinakum." Telah Aku sempurnakan bagimu agamamu. Bagimu. Belum tentu bagiku. Yang dimaksud bukanlah bagi kalian, bukan pula bagi kita, bukan juga bagi kami atau mereka. Benar-benar bagimu, bagi masing-masing.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. "Wa atmamtu 'alaikum ni'mati..." Dan telah Aku cukupkan atas kalian nikmat dariKu. Sudahkah kita bersyukur?

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Perancang, busana, dan pemakai busana adalah tiga-kesatuan yang tak terpisahkan.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Ia menunjukkan Perancang dan pemakainya. Tapi ia bukan Perancang, bukan pula pemakainya.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Menjelma rahmat bagi semesta jika pakaian menunjukkan keindahan dan menyenangkan hati. Islam adalah rahmatan lil 'alamin, bukan sekedar rahmatan lil muslimin. Anugerah bagi alam raya seisinya, bukan cuma bagi segolongan manusia.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Orang tualah yang pada awalnya memilihkan bagi anaknya Islam, Nasrani, Yahudi, atau Majusi. Setelah dewasa, setiap orang memiliki keleluasaan memilihnya sendiri. Dan, Allah yang memberi petunjuk kepada siapa pun yang Dia kehendaki.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Becerminlah sebelum berangkat. Patut-patutkanlah pakaianmu dengan dirimu. Marilah mawas diri dalam beragama.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. "Laa ikraaha fiddiin." Tiada paksaan dalam beragama, Q.S. 2:256. Agamamu, agamamu. Agamaku, agamaku. Jangan paksa aku mengenakan pakaianmu.

  Candra Malik, pengasuh Pesantren Asy-Syahadah Segoro Gunung, di lereng Gunung Lawu.