Hari-hari ini, kita sedang kehilangan esensi dari ayat lakum dinukum
waliyadin, bagimu agamamu, bagiku agamaku, Q.S. 109:6. Alangkah baiknya.
Jika kita belajar dari kearifan lokal yang mengajarkan bahwa agama
puniku ageman, agama itu pakaian.
Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Cocok padaku, belum tentu pas untukmu.
Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Menutup aurat pada tubuh. Merahasiakan aib. Menyempurnakan diri.
Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Tidak tepat jika aku memakai ukuran tubuhmu untuk ukuran bajuku.
Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Ia bisa compang-camping karena ditinggalkan atau tidak dirawat pemakainya.
Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Ia menunjukkan jatidiri pemakainya. Buruk atau baik, bergantung pada keduanya.
Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Pada manusia, bagian terdalamnya adalah Jiwa Raga. Pakaian adalah bagian luarnya.
Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Bila seseorang halus budi dan baik pekertinya, ia lebih bernilai dari pakaiannya.
Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Busana Keagungan. Hanya mata
yang bijak dan hati yang lembut yang bisa melihat keindahannya.
Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Saya mengenakannya untuk
menghadap Tuhan secara sopan dan berjumpa sesama secara santun.
Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Itu yang saya pahami dari
tembang Lir-Ilir karya Kanjeng Sunan Kalijaga, bahwa pakaian itu "kanggo
seba mengko sore" atau dibawa sampai mati.
Agama puniku
ageman. Agama itu pakaian. Demikianlah Islam. Iman adalah jiwa raganya,
Islam pakaiannya, Ihsan perilakunya, Ikhlas adalah buah dari
kebaikannya.
Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Agamaku
adalah Islam. Pakaianku adalah Islam. Aku hargai pilihanmu. Pakaianmu.
Agamamu.
Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Manusia
dimuliakan dengan akal, disucikan dengan hati, diridhoi dengan agama.
Dan, bagi Muslim, sebagaimana Q.S. 5: 3, Allah mengatakan, "Wa radhitu
lakumul Islamadina."
Agama puniku ageman. Agama itu pakaian.
"Alyauma akmaltu lakum dinakum." Telah Aku sempurnakan bagimu agamamu.
Bagimu. Belum tentu bagiku. Yang dimaksud bukanlah bagi kalian, bukan
pula bagi kita, bukan juga bagi kami atau mereka. Benar-benar bagimu,
bagi masing-masing.
Agama puniku ageman. Agama itu pakaian.
"Wa atmamtu 'alaikum ni'mati..." Dan telah Aku cukupkan atas kalian
nikmat dariKu. Sudahkah kita bersyukur?
Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Perancang, busana, dan pemakai busana adalah tiga-kesatuan yang tak terpisahkan.
Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Ia menunjukkan Perancang dan
pemakainya. Tapi ia bukan Perancang, bukan pula pemakainya.
Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Menjelma rahmat bagi semesta
jika pakaian menunjukkan keindahan dan menyenangkan hati. Islam adalah
rahmatan lil 'alamin, bukan sekedar rahmatan lil muslimin. Anugerah bagi
alam raya seisinya, bukan cuma bagi segolongan manusia.
Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Orang tualah yang pada awalnya
memilihkan bagi anaknya Islam, Nasrani, Yahudi, atau Majusi. Setelah
dewasa, setiap orang memiliki keleluasaan memilihnya sendiri. Dan, Allah
yang memberi petunjuk kepada siapa pun yang Dia kehendaki.
Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Becerminlah sebelum berangkat.
Patut-patutkanlah pakaianmu dengan dirimu. Marilah mawas diri dalam
beragama.
Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. "Laa
ikraaha fiddiin." Tiada paksaan dalam beragama, Q.S. 2:256. Agamamu,
agamamu. Agamaku, agamaku. Jangan paksa aku mengenakan pakaianmu.
Candra Malik, pengasuh Pesantren Asy-Syahadah Segoro Gunung, di lereng Gunung Lawu.