Kamis, 27 Desember 2012

simpang lima, 26 desember 2012

di semua pertemuan , selain di enggok2an menurutku saat itu adalah pertemuan yg plg buatku berkesan.duduk diatas rumput , berdua kita hanya bercerita sambil menikmati senja . mungkinkah terulang lg momen seperti itu?pikirankupun menerawang jauh.

sore itu semakin aku terbawa sangat dalam kepadamu.adakah mungkin yg sanggup menjadi gantimu?

sore semarang sehabis hujan, lampu taman jd saksi

Minggu, 05 Agustus 2012

Adelaide Sky- Adhitya Sofyan

 sedang berjuang keras belajar lagu ini nih...
 yg merasa lg punya masalah,penat sama rutinitas,,,
yg lg galau, kenapa ya hidupku kayak gini,terjebak di lembah ababil,di dunia yg alay,,,
coba dengerin yg satu ini deh....^^

I need to know what's on your mind
These coffee cups are getting cold
Mind the people passing by
They don't know I'll be leaving soon

I'll fly away tomorrow
To far away
I'll admit a cliché
Things won't be the same without you

I'll be looking at my window seeing Adelaide sky
Would you be kind enough to remember
I'll be hearing my own foot steps under Adelaide sky
Would you be kind enough to remember me

I'll let you know what's on my mind
I wish they've made you portable
Then I'll carry you around and round
I bet you'll look good on me

I'll fly away tomorrow
It's been fun
I'll repeat the cliché
Things won't be the same without you

I'll be looking at my window seeing Adelaide sky
Would you be kind enough to remember
I'll be hearing my own foot steps under Adelaide sky
Would you be kind enough to remember me

I've been meaning to call you soon
But we're in different times
You might not be home now
Would you take a message
I'll try to stay awake
And fight your presence in my head

I'll be looking at my window seeing Adelaide sky
Would you be kind enough to remember
I'll be hearing my own foot steps under Adelaide sky
Would you be kind enough to remember me

Jumat, 03 Agustus 2012

Romantis

      Hati tak akan tersentuh, oleh kepura-puraan, acting, berlebih-lebihan, hati hanya bisa disentuh oleh ketulusan/tanpa pamrih. Menurutku itulah yg disebut "romantis". Menasehati anak jg harus dgn cara yang romantis, kebanyakan anak2 tidak mau menuruti nasihat karena kebanyakan orang tuanya hanya mengucap saja. Orang tua lupa sesuatu yg lebih penting yaitu mencontohkan, bagaimana mungkin anak dilarang bicara kasar tp dia sendiri fasih melakukannya setiap hari, anak di suruh solat padahal dia sendiri bolong-bolong, anak di suruh belajar tp dia sendiri nonton sinetron.
 

      Berceramah tanpa teks pastinya lebih di dengarketimbang penceramah yg berceramah menggunakan teks, menyatakan cinta pun setidaknya butuh bergetar (ndredeg) untuk melakukannya, nonton telenovela sampai nangis-nangis, memberi makan hewan, kerja, ibadah, hampir semua hal ini idealnya kita lakukan dgn romantis karena romantis itu naif,putih,sesungguhnya tulus, penghayatan.


Caramu kecewa,disitulah mutumu

Kaki Tangan Tuhan


Ruang sidang Pengadilan Negeri bergemuruh. Masyarakat berteriak-teriak menghujat terdakwa. Mereka menuntut pengadilan menjatuhkan pidana mati - bahkan dengan eksekusi berupa hukum pancung. Sebab, mereka menganggap perbuatan terdakwa sudah tidak bisa diampuni lagi oleh siapa pun. Bahkan, oleh Tuhan.

Terdakwa digiring ke pengadilan atas tuduhan berbuat syirik. Ini sebuah dakwaan yang jauh lebih berat dibanding makar. ”Terdakwa telah berani mengaku sebagai Allah. Ini bahkan jauh lebih nekat dibanding perbuatan Lia Eden yang mengaku sebagai Malaikat Jibril,” ucap Jaksa Penuntut Umum dalam dakwaan.

Sejumlah bukti diajukan ke depan pengadilan. Yakni kapur, penghapus, dan papan tulis. Di papan tulis tersebut terbaca dengan jelas kalimat Aku Allah. Dari kursi pesakitan, terdengar sangat lantang suara terdakwa yang mengakui goresan tangannya tersebut. ”Ya, itu memang tulisan saya. Tidak saya sangkal,” tegasnya.

Terdakwa seorang guru yang sehari-hari mengajar pelajaran agama di sebuah SMA. Dia dituduh telah menciptakan keresahan di sekolah. Sebab, ajarannya dianggap berbau syirik. Terdakwa mengucapkan,” Aku Allah,” dan para siswa diminta menirukannya. Oleh seorang siswa, ajaran sesat tersebut dilaporkan kepada kepala sekolah. Terdakwa kemudian dipolisikan.

”Kami tidak menyangka terdakwa berbuat senekat itu. Sehari-harinya, dia guru yang baik. Tak pernah ada keluhan dari siswa sampai terjadi kasus ini,” papar Kepala Sekolah di kursi saksi. Namun, menurut dia, sejak beberapa bulan terakhir terdakwa diketahui mengikuti kegiatan sebuah aliran tarikat tertentu. Tarikat keagamaan itulah yang dicurigai telah mencuci otak terdakwa sehingga menjadi bersikap ekstrem.

      ”Benar Anda telah mengaku sebagai Allah?” tanya Ketua Majelis Hakim.
      ”Tidak benar, Pak Hakim.”
      ”Bukankah Saudara tadi mengakui tulisan di papan tulis itu goresan tangan Saudara?”
      ”Ya, benar, Pak Hakim. Itu tulisan saya.”
      ”Lalu, mengapa sekarang Anda menyangkal telah mengaku sebagai Allah?”
      ”Saya tidak pernah mengaku sebagai Allah.”
      ”Terdakwa, saya minta jangan berbelit-belit.”
      ”Saya, Pak Hakim.”

Jaksa gemas mendengar penyangkalan terdakwa. ”Kami tidak hanya punya bukti, tapi juga punya saksi. Banyak saksi. Sewaktu kejadian perkara, empat puluh siswa melihat dan mendengar terdakwa mengucapkan kalimat Aku Allah,” tegasnya. Jaksa menyatakan bisa mengajukan para saksi itu ke persidangan hari ini.

      ”Terdakwa,” kata Ketua Majelis Hakim.
      ”Saya, Pak Hakim,” jawab Terdakwa.
      ”Benarkah tuduhan jaksa?”
      ”Bila yang dituduhkan adalah saya mengucapkan dan menulis kalimat Aku Allah, itu benar adanya, Pak Hakim.”
      ”Maksud Saudara?”
      ”Saya tidak pernah mengaku sebagai Allah.”
      ”Lalu, kalimat itu tadi?”
      ”Itu firman Allah sendiri, Pak Hakim. Sebagai guru agama, saya mengajari para siswa membaca ayat-ayat suci. Kalimat lengkapnya: Sesungguhnya Aku Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku, dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku (1). Begitu, Pak Hakim.”

Ketua majelis hakim dan kedua hakim lainnya tertegun. Mereka tak bisa berkata-kata lagi setelah mendengar keterangan terdakwa. Tapi, jaksa justru sebaliknya. Dengan nada berkobar, dia mendesak pengadilan mendengarkan keterangan para saksi.

      ”Pancung, pancung! Guru musyrik! Pancung saja. Tidak perlu pengadilan segala,” seru seorang pengunjung sidang.
      ”Iya! Pancung, pancung!” teriak yang lain.

Polisi terpaksa membuat pagar hidup untuk memisahkan terdakwa, jaksa, hakim, dengan para pengunjung sidang yang mulai anarkhis. Bagaimana dengan kursi pembela? Ternyata kosong. Tak ada pengacara yang berani menangani kasus ini. Apalagi, sejak awal terdakwa memang menolak didampingi pengacara.

”Saksi, benarkah Anda melihat dan mendengar sendiri terdakwa mengucapkan kalimat Aku Allah?” tanya jaksa. Seorang gadis berseragam putih abu-abu yang duduk di kursi saksi mengangguk pasti. ”Benar,” jawabnya. Gadis berkepang dua itu bahkan mengaku yang melaporkan terdakwa ke kepala sekolah.

      ”Apakah terdakwa memaksa para siswa untuk mengucapkan kalimat yang sama?”
      ”Tidak, Pak.”
      ”Sebelum peristiwa itu, apa yang terjadi?”
      ”Seperti biasa, Pak. Pak Guru mengabsen tiap siswa. Lalu, mengeluarkan kitab suci dari dalam tas dan meletakkannya di atas meja. Berdiri di depan kami, kemudian mulai mengajar.”
      ”Dan, terjadilah peristiwa pengucapan kalimat Aku Allah itu?”
      ”Benar, Pak.”
      ”Terdakwa menuliskan kalimat Aku Allah di papan tulis?”
      ”Benar, Pak.”

Karena tidak didampingi pengacara, terdakwa diberi kesempatan untuk membela dirinya sendiri. Hakim menanyakan tanggapan terdakwa terhadap kesaksian tadi. ”Tidak ada yang dusta, Pak. Semua yang dikatakan saksi benar,” kata terdakwa,” tapi, saya mohon diizinkan mengajukan saksi juga.”

Demi asas praduga tak bersalah dan persamaan kedudukan di depan hukum, permintaan terdakwa dikabulkan. Seluruh siswa yang sedianya akan diajukan sebagai saksi oleh jaksa justru lebih dulu diajukan sebagai saksi oleh terdakwa. ”Perkara ini harus direkonstruksi dari awal. Yakni dari pembacaan absensi kehadiran siswa,” ucapnya.

Petugas pengadilan cukup kerepotan menata kursi-kursi untuk para saksi yang semua berseragam putih abu-abu itu. Sidang sempat diskors beberapa saat. Setelah semua rapi, sidang dilanjutkan kembali. Bagaikan adegan drama, terdakwa berdiri di hadapan para saksi sebagaimana biasanya berdiri di depan para siswanya sendiri.

Dia mengeluarkan selembar kertas dari saku, membuka lipatannya, lalu mulai membaca. Ternyata, yang dibacanya adalah daftar absensi kehadiran siswa. ”Aini!” serunya. Sebuah acungan telunjuk menjawab absensi itu. ”Abdi!” seru terdakwa. Sebuah acungan tangan dari deret belakang kursi saksi menjawabnya.

Saat daftar absensi sampai pada nama Laksmi, yang dipanggil menjawab,”Ada!”. Giliran dipanggil namanya, seorang saksi bernama Mozzante berdiri dan menjawab,” Hadir.” Hingga akhirnya sampai urutan terakhir, terdakwa memanggil Zulaikha dan pemilik nama mengangkat tangan kanan terbuka.

Para hakim dan jaksa masih tidak mengerti dengan adegan absensi kehadiran siswa ini sampai terdakwa membuka pembicaraan. ”Majelis Hakim melihat. Saya memanggil Aini, tapi yang menjawab adalah telunjuk. Acungan telunjuk tangan. Apakah telunjuk itu yang bernama Aini?” terdakwa melempar filosofi.

      ”Maksud Saudara?” tanya Hakim Anggota.

”Apakah telunjuk itulah yang bernama Aini atau telunjuk itu milik Aini atau telunjuk itu personifikasi dari diri Aini? Siapakah yang sesungguhnya layak disebut Aini? Apakah telunjuk itu bergerak di luar kehendak Aini?”

”Saya dengar tadi ada juga saksi yang menjawab dengan suara lantang. Dengan mulut terbuka.”

”Nah, apakah mulut itu yang bernama Laksmi atau mulut itu milik Laksmi atau mulut itu personifikasi dari diri Laksmi? Siapa sesungguhnya yang layak disebut jatidiri?” terdakwa balik bertanya.

Seisi ruang sidang terdiam. Sebagian pengunjung sidang yang sebelumnya berteriak-teriak, kini tampak mengerutkan dahi. Mereka berpikir keras memahami kata-kata terdakwa.

      ”Mohon izin memanggil lagi seorang saksi untuk mendekat,” pinta terdakwa.
      ”Silakan,” jawab Ketua Majelis Hakim.

Terdakwa yang sangat paham dengan watak dan perilaku para siswanya kembali beraksi. Dia melihat ke deretan para saksi. Gustaf, seorang siswanya yang juga maju sebagai saksi, duduk persis di belakang Adi, seorang siswa lainnya yang badung. Kedua siswa ini acap berantem gara-gara tingkah Adi yang suka jahil.

      ”Gustaf, silakan maju,” kata terdakwa.

Gustaf yang bertubuh tambun berdiri dengan malas. Tapi, baru tiga langkah, dia jatuh berdebum. Seluruh mata tertuju pada insiden tersebut. ”Huh, Adi!” ujar Gustaf kesal. Adi yang dituduh menjegal Gustaf hanya nyengir tanpa raut dosa. Pengadilan sempat ricuh sampai-sampai hakim mengetukkan palu berulangkali. ”Tenang, tenang. Harap tenang!”

Majelis hakim mulai jengkel dengan terdakwa. Namun, sebelum para hakim berkata apa-apa, dia langsung menyerobot kesempatan bicara. ”Majelis hakim yang terhormat melihat sendiri. Kaki yang menjegal, tapi Adi yang dituduh,” jelas terdakwa. Jaksa langsung berdiri melempar protes.

”Keberatan. Terdakwa mencoba berfilosofi. Terdakwa mencoba keluar dari materi dakwaan,” tegas jaksa. Menurutnya, kaki, tangan, mulut, dan anggota tubuh lainnya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Pembedaan antara Adi dan kaki, serta Aini dan tangan, hanya mengada-ada.

      ”Terdakwa,” kata Ketua Majelis Hakim.
      ”Saya, Pak Hakim.”
      ”Tanggapan Saudara?”

”Kaki, tangan, mulut, dan anggota tubuh lainnya memang satu kesatuan tapi terpisah-pisah. Menyatu tapi tidak menjadi satu. Kalau kaki menyatu dengan kepala, cacat namanya, Pak,” terang terdakwa.

Suasana tegang berubah menjadi cair. Seisi ruang sidang tertawa kecuali jaksa. ”Sebenarnya, pesan apa yang sedang Saudara coba sampaikan kepada pengadilan?” tanya Hakim.

      ”Sederhana saja, Pak. Ada dua hal. Pertama, bahwa kaki, tangan, mulut, dan anggota tubuh apa pun itu, tak bisa bergerak jika tak digerakkan oleh Pemilik tubuh. Oleh Jatidiri,” jelas terdakwa.
      ”... Dan bukan kau yang melempar ketika kau melempar tapi Allah-lah yang melempar (2),” ucap terdakwa mengutip sebuah ayat suci.

Para hakim dan jaksa masih diam. ”Kedua, apakah salah jika kepala Gustaf mengaku sebagai Gustaf? Apa keliru jika kaki Adi mengaku sebagai Adi? Justru keliru kalau kepala Gustaf mengaku sebagai Adi,” papar terdakwa.

Terdakwa juga berkeyakinan bahwa seluruh makhluk hidup menyatu dengan Tuhan. Tidak ada yang bisa keluar dari Lingkaran Tuhan yang Maha Agung. Menyatu tapi tidak menjadi satu, menyatu tapi tidak menjadi Satu. ”Tiap diri adalah Kaki Tangan Tuhan. Saya siap dipidana mati demi membela keyakinan itu,” tegas terdakwa.

Ruang sidang menjadi sunyi. Mencekam. Gegap gempita tuntutan hukum pancung berubah senyap. Terdakwa berdiri tegap, mengadili setiap pasang mata yang tertuju kepadanya.
      --- 
Depok, 2 Agustus 2006  
(1) Al Qur'an Surat Thaahaa ayat 14.
(2) Al Qur'an Surat Al Anfaal ayat 17.

======
Candra Malik, pengasuh Pesantren Asy-Syahadah Segoro Gunung, di lereng Gunung Lawu.

Sabtu, 28 Juli 2012

Taman Nasional Wasur

 Siapa bilang melihat kanguru harus ke Australia? Di Taman Nasional Wasur, Papua, Anda dapat melihat hewan berkantung tersebut dari dekat. Tidak hanya itu, di sana juga ada rumah rayap raksasa, hingga aneka satwa yang cantik.

Taman Nasional Wasur terletak di Merauke, Papua. Dari Merauke, perjalanan menghabiskan waktu satu jam untuk tiba di taman nasional ini. Salah satu satwa yang terkenal dan selalu dilihat oleh para traveler di taman nasional ini adalah kangguru. Satwa yang lucu dan identik dengan Australia ini, dapat Anda jumpai langsung di Taman Nasional Wasur.

Dari situs resmi Departemen Kehutanan yang dikunjungi detikTravel, Senin (21/5/2012), Taman Nasional Wasur memiliki luas sekitar 4.260 km2. Taman nasional ini merupakan lahan basah terluas di Papua. Di sana terdapat rawa, sungai, danau, hingga savana. Oleh karena itu, Taman Nasional Wasur menjadi rumah yang harmonis bagi para satwa di dalamnya.

Beberapa jenis satwa khas yang dapat Anda jumpai di sana adalah kanguru, burung cendrawasih, walabi (kangguru kecil), kasuari, aneka jenis ikan dan buaya. Hal menarik lainnya di taman nasional ini adalah rumah rayap yang berukuran raksasa.

Hewan khas dan unik di taman nasional tersebut adalah kanguru, dengan nama resminya adalah kanguru pohon (Dendrolagus spadix). Sekilas kanguru Papua ini tidak jauh berbeda dari kanguru Australia, perbedannya terletak pada ukuran tubuh. Kanguru Papua memiliki badan yang lebih kecil dari kanguru Australia. Akan tetapi, hewan tersebut memiliki tingkah laku yang sama, yaitu loncat-loncat.

Anda juga bisa melihat rumah rayap dari dekat. Gundukan tanah tersebut menjulang tinggi dan sangat unik. Dengan tinggi 4-5 meter, bahan sarangnya terbuat dari rumput dan lumpur yang disusun oleh rayap. Orang Papua menyebutnya sebagai musamua, yaitu istana. Di Indonesia, rumah rayap ini hanya dapat Anda temukan di Taman Nasional Wasur.

Beberapa jenis satwa seperti rusa dan burung cendrawasih juga dapat Anda temukan di sini. Selain itu, di taman nasional ini juga ditumbuhi banyak jenis pohon bakau (mangrove), bambu dan sagu, yang sering dimanfaatkan masyarakat sekitar.

Senin, 23 Juli 2012

02.00 WIT

      Pukul 02.00 WIT, mungkin cuma aku yg masih terjaga. Lagi-lagi aku tertidur waktu maghrib lalu terbangun pukul 10 malam. Seperti biasanya akupun telfon km yg disana dr sekedar menanyakan kabar sampai ngobrol ngalor ngidul ndk jelas. Seperti biasanya jg aku yg berinisiatif dulu untuk nutup telfon (kututup telfon dgn dalih : udah ngantuk beb besok lg ya), dan sepertinya km sudah tau itu hehehe. Dan seperti biasanya jg ku habiskan malam2 galau ini dgn online (ngaji kek malah online).

     02.25 WIT masih blm mapan, sambil sesekali nyruput kopi yg di samping layar komputer ku hisap surya promild ku. Sepi disini yang ada cuma suara binatang malam, kipas CPU, dengkur pak Budi(Temen sekantor_red), dan sisanya suara2 aneh nan misterius (ampun mbah ampun di nggangu), benar-benar malam ini malam yg syahdu bagiku, ditambah td sore aku lupa mandi. Benar-benar aku merasa sangat artistik malam ini.

     Sungguh tdk terasa sudah masuk paragraf ke 3, 2 paragraf di atas sungguh sangat menguras otakku, benar-benar menulis adalah sesuatu yg sangat sulit ya. Sambil sesekali aku mengintip  web milik gus candra malik (candramalik.com ada saya copas artikelnya di postingan sebelumnya). Memang saya sering copas beberapa tulisan dari tokoh yang saya kagumi etc Prie gs, Wiji tukul, yg terakhir seorang yg mengaku sufi Candra malik. Nama-nama tersebut bisa di bilang bukan orang sembarangan, mereka ini ada pada tingkatan yg nyaris jenius.

     Sambil merenungi tulisan-tulisan beliau, sambil kurenungi hidupku ini yg kian hari dangkal saja semakin tdk bernilai aku ini seperti bukan apa-apa. Hidup yang dangkal, hidup yang tidak hidup, cuma makan dan bernapas, seperti bunga plastik cantik tp tidak ada kemesraan di dalamnya. Kalau cuma hidup babi juga hidup, kalau cuma makan ayam juga makan.

     Perlahan-lahan kusadari kedangkalan ini harus di gali,lebih dalam lagi, Hidup ini harus bermakna, diri ini terus mencari jatidiri. semoga yang di atas melindungiku dari godaan setan yang sangat menggoda itu. (Merauke 24 Juli 2012)
  








Minggu, 22 Juli 2012

Bagimu Agamamu

Hari-hari ini, kita sedang kehilangan esensi dari ayat lakum dinukum waliyadin, bagimu agamamu, bagiku agamaku, Q.S. 109:6. Alangkah baiknya. Jika kita belajar dari kearifan lokal yang mengajarkan bahwa agama puniku ageman, agama itu pakaian.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Cocok padaku, belum tentu pas untukmu.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Menutup aurat pada tubuh. Merahasiakan aib. Menyempurnakan diri.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Tidak tepat jika aku memakai ukuran tubuhmu untuk ukuran bajuku.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Ia bisa compang-camping karena ditinggalkan atau tidak dirawat pemakainya.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Ia menunjukkan jatidiri pemakainya. Buruk atau baik, bergantung pada keduanya.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Pada manusia, bagian terdalamnya adalah Jiwa Raga. Pakaian adalah bagian luarnya.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Bila seseorang halus budi dan baik pekertinya, ia lebih bernilai dari pakaiannya.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Busana Keagungan. Hanya mata yang bijak dan hati yang lembut yang bisa melihat keindahannya.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Saya mengenakannya untuk menghadap Tuhan secara sopan dan berjumpa sesama secara santun.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Itu yang saya pahami dari tembang Lir-Ilir karya Kanjeng Sunan Kalijaga, bahwa pakaian itu "kanggo seba mengko sore" atau dibawa sampai mati.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Demikianlah Islam. Iman adalah jiwa raganya, Islam pakaiannya, Ihsan perilakunya, Ikhlas adalah buah dari kebaikannya.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Agamaku adalah Islam. Pakaianku adalah Islam. Aku hargai pilihanmu. Pakaianmu. Agamamu.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Manusia dimuliakan dengan akal, disucikan dengan hati, diridhoi dengan agama. Dan, bagi Muslim, sebagaimana Q.S. 5: 3, Allah mengatakan, "Wa radhitu lakumul Islamadina."

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. "Alyauma akmaltu lakum dinakum." Telah Aku sempurnakan bagimu agamamu. Bagimu. Belum tentu bagiku. Yang dimaksud bukanlah bagi kalian, bukan pula bagi kita, bukan juga bagi kami atau mereka. Benar-benar bagimu, bagi masing-masing.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. "Wa atmamtu 'alaikum ni'mati..." Dan telah Aku cukupkan atas kalian nikmat dariKu. Sudahkah kita bersyukur?

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Perancang, busana, dan pemakai busana adalah tiga-kesatuan yang tak terpisahkan.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Ia menunjukkan Perancang dan pemakainya. Tapi ia bukan Perancang, bukan pula pemakainya.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Menjelma rahmat bagi semesta jika pakaian menunjukkan keindahan dan menyenangkan hati. Islam adalah rahmatan lil 'alamin, bukan sekedar rahmatan lil muslimin. Anugerah bagi alam raya seisinya, bukan cuma bagi segolongan manusia.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Orang tualah yang pada awalnya memilihkan bagi anaknya Islam, Nasrani, Yahudi, atau Majusi. Setelah dewasa, setiap orang memiliki keleluasaan memilihnya sendiri. Dan, Allah yang memberi petunjuk kepada siapa pun yang Dia kehendaki.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. Becerminlah sebelum berangkat. Patut-patutkanlah pakaianmu dengan dirimu. Marilah mawas diri dalam beragama.

   Agama puniku ageman. Agama itu pakaian. "Laa ikraaha fiddiin." Tiada paksaan dalam beragama, Q.S. 2:256. Agamamu, agamamu. Agamaku, agamaku. Jangan paksa aku mengenakan pakaianmu.

  Candra Malik, pengasuh Pesantren Asy-Syahadah Segoro Gunung, di lereng Gunung Lawu.

Sabtu, 30 Juni 2012

UDUD DULU

belakangan kedanan karo ki entus susmono, video ne di delok bola balii yo iseh ngguyu nganti kepuyuh2

Pergi dan Pulang

Hanya pergi yang selalu memberiku kembali.

Tapi di setiap kembali muncul kembali pentingnya pergi.

Di antara pergi dan kembali, di tengahnya: di situlah hidupmu berdenyut.

Maka jangan sedih kalau sedang pergi dan jangan gembira kalau sedang pulang,

Karena setiap pergi kau akan pulang, dan setiap pulang kau harus pergi lagi.

Sedih dan gembira tak cocok untuk mewakili pulang dan pergi, karena baik pulang atau pergi layak dirayakan.
Pulang dan pergi sama kuatnya. Karena setiap yang pulang harus pergi, setiap yang pergi harus pulang.
Pulang tanpa pergi bukanlah pulang. Pergi tanpa pulang itu minggat namanya.
( Copas Status Prie gs di fb)



Kamis, 01 Maret 2012

Nonton Harga – Wiji Thukul

ayo keluar keliling kota
tak perlu ongkos tak perlu biaya
masuk toko perbelanjaan tingkat lima
tak beli tak apa
lihat-lihat saja

kalau pingin durian
apel-pisang-rambutan-anggur
ayo..
kita bisa mencium baunya
mengumbar hidung cuma-cuma
tak perlu ongkos tak perlu biaya
di kota kita
buah macam apa
asal mana saja
ada

kalau pingin lihat orang cantik
di kota kita banyak gedung bioskop
kita bisa nonton posternya
atau ke diskotik
di depan pintu
kau boleh mengumbar telinga cuma-cuma
mendengarkan detak musik
denting botol
lengking dan tawa
bisa juga kau nikmati
aroma minyak wangi luar negeri
cuma-cuma
aromanya saja

ayo..
kita keliling kota
hari ini ada peresmian hotel baru
berbintang lima
dibuka pejabat tinggi
dihadiri artis-artis ternama ibukota
lihat
mobil para tamu berderet-deret
satu kilometer panjangnya

kota kita memang makin megah dan kaya

tapi hari sudah malam
ayo kita pulang
ke rumah kontrakan
sebelum kehabisan kendaraan
ayo kita pulang
ke rumah kontrakan
tidur berderet-deret
seperti ikan tangkapan
siap dijual di pelelangan

besok pagi
kita ke pabrik
kembali bekerja
sarapan nasi bungkus
ngutang
seperti biasa

18 november 96

puisi nya jenaka y bro....bisa ditebak puisi ini di dedikasikan bt para buruh
bahasanya peka, cerdas ,kritis....... sayang org sjenius beliau sekarang gg tau dimana keberadaanya....
bukti seni tdk bisa lepas dari kehidupan,bukan seni namanya kalau tidak ada impactnya(bahasane ki lo) ke kehidupan ini.

Kemarau - Wiji Thukul

ember kosong
gentong melompong
baju jemuran
seng atap rumah
menyilaukan mata

bumi menguap
blingsatan anjing
kucing kurap
dan gelandangan
berjingkat-jingkat
melewati restoran
dan super market
yang mewah dan angkuh

ada bau bensin
di parkiran mobil
ada bau parfum
setelah pintu dibanting

ada lalat hijau
mendengung
berputar-putar
di kotamu ini
mencari bangkai

barangkali itu
dirimu
atau diriku

siapa tahu
kita telah membusuk
diam-diam

1 januari 1997

hidup itu pilihan

      Banyak anak-anak terpaksa kehilangan kegembiraan di hari ini karena orang tua sibuk menata hari depan di sana. Banyak suami-istri lupa bermesraan karena mereka sibuk merancang kemesraan hari depan. Sementara, ketika masa depan itu benar-benar datang, anak-anak telah kepalang kehilangan kekanakannya.

     Kesendirian sama sekali tidak menggambarkan hukum manusia. Maka manusia yang sok menyendiri dan tampil beda, sesungguhnya sedang dijangkiti halusinasi saja. Kenapa ada orang kaya? Karena banyak orang yang rela miskin. Kenapa ada artis yang jadi idola, karena banyak orang rela menjadi pemuja. Begitulah pernyataan ekstrimnya. Maka jelaslah sekarang, antara diri sendiri dan orang lain sulit diukur pihak mana yang lebih penting.


     silahkan pilih mau jalan hidup yg sperti apa..yg penting enjoy aja

 

Rabu, 29 Februari 2012

sejati "emang bikin bangga"

belakangan kalau pikiran lagi kisut sejati selalu menolongku,keluknya yg bgitu nikmat,harganya yg cuma 6ribu5ratus, pasti yg bkin sejati orang yg nyaris jenius..tp hancur hatiku ketika susah sekali mendapatkan sejati di sini..terpaksa gnti class mild mentol.... ya sudahlah yg pnting UDUD DULU

kapan majune nak kangenan terus

sifat kangenan ki wes gawan bayi,Syukuri itu kekuranganmu sekaligus kelebihanmu,

go go go UDUD DULU!!!!

Minggu, 26 Februari 2012

kecantol

aku kecantol,
kecantol karo kowe nduk,
wes pie meneh jenenge wae kecantol
kowe njaluk opo wae tag turuti,
di kon nguras segoro wae tak lakoni
nanging nyemplung sumur ra wani

jebul ngene ki rasane kecantol
turu ra tanek,mangan ra kolu
kepikiran kowe nduk
koyok kolor,kecantol
di pekso di tarik sowek kolore

Minggu, 19 Februari 2012

buka pintu oleh adhitya sofyan

buka pintu buka pintu, beta mau masuke
siolah nona nona beta, adalah di mukae
 
beta panggil tidak menyahut, buka pintu juga tidak mau
siolah nona beta mau masuke

buka pintu buka pintu, beta mau masuke
siolah nona nona beta, adalah di mukae
 
ada anjing gonggong betae, ada hujan basah betae
siolah nona beta mau masuke

(seperti binasa gitar akustiknya adhitya sofyan slalu bikin ngantuk,kali ini bawa lagu dr ambon buka pintu judulnya) 

Jumat, 17 Februari 2012

please operator please oleh mantra

Maple street
Raining cats and dogs
Pretty soon I'll meet my girl who lives round the block
Suddenly someone shouts "and, cut" 
and the murmur begins

I found myself lost in the studio
It made no sense on why they called me Julio
They said I'm an actor not a character
I'd better call up my girl

Reffrain:
"May I speak to Jane?" (please.. please operator please.. 2X)
"No one by that name"
I said "Do you live on Maple street?"
She hangs up the phone. Like the twilight zone (please.. please tell me where is Jane?)
I need to find my sanity

Misery. Slowly dance with me
Now i gotta change my beat of negativity
wondering your face
aching for your voice
romancing you silently

Back to the scene (Where.. where can i find my Jane?)
Where i begin
At the hopeless lover's street
Knowing for sure
She stole my show (she just stole my show.. yes she stole my show)
Collapse of me inevitably
To my surprise Mary Jane's there..
 
 
beberapa hr ini lagu ini nguing nguing terus di kepalaku,,please operator please 

Dian Nitasari

adekku jengene dian nita sari.hobi ne bengak bengok

Kamis, 16 Februari 2012

Kasta dalam merokok

    bagaimana kalau habis makan tdk udud?rasane koyok di gitiki ora mbales.waktu itu setelah makan siang,kebetulan rokokku pas habis,mau beli di luar ujan deres sekali.terpaksa minta tmen sekantor,pas udud bareng2 tmenku itu cerita,ada 4 kasta dlm merokok:
1.kasta pertama merokok,bawa rokok,bawa korek

2.kasta kedua merokok,bawa rokok,gag bawa korek

3.kasta ketiga merokok,bawa korek gag bawa rokok

4.kasta keempat merokok,gg bawa korek gag bawa rokok pula,alias monas(modal napas).

    waktu itu aku termasuk kasta ketiga,jd kesimpulannya apapun kastamu,talk less do more,enjoy aja

Lebih baik di asingkan daripada menyerah pada kemunafikan